Rabu, 21 November 2012

Sejarah Awal Masuknya Islam Ke Indonesia

Pada tahun 173 H, sebuah kapal layar dengan pimpinan “makhada khalifah” dari teluk kambai gujat berlabuh di bandar perlak dengan membawa kira-kira 100 orang anggota dakwah yang terdiri atas orang arab, persia, hindia. Mereka menyamar sebagai awak kapal dagang dan khalifah menyamar sebagai kaptennya. Makhada khalifah adalah seorang yang bijak dalam dakwahnya sehingga dalam waktu kurang dari setengah abad, meurah (raja) dan seluruh rakyat perak yang beragama hindu–budha dengan sukarela masuk islam. Selama proses pengislaman yang relatif singkat, para anggota dakwah telah banyak yang menikah dengan wanita perlak. Diantaranya adalah seorang anggota dari arab suku quraisy menikah dengan putri istana kemeurahan perlak yang melahirkan putra indonesia-arab pertama dengan nama sayid abdul aziz.
Selanjutnya, islam masuk ke pulau jawa diperkirakan pada abad ke-11 m. dengan ditemukannya makam fatimah binti maemun di lereng gresik yang berangkat pada tahun 475h./1082 m. Data sejarah lainnya menyebutkan bahwa islam masuk ke pulau jawa pada abad ke-12/13 m. ke maluku sekitar abad ke-14 m. ke kalimantan awal abad ke- 15 m. ke sulawesi pada abad ke-16 m. penduduk atau penguasa kepulauan tersebut sudah masuk islam sebelum kolonial belanda menguasai indonesia.

Islam pada masa revolusi
Partai-partai politik di bedakan menjadi tiga
  • Ideologi sosialis
  • Ideologi nasional
  • Ideologi islam

Pada menjamurnya parpol kurun waktu sampai desember 1945, umat islam begitu kompak menyatukan langkah dengan ditandainya kongres umat islam indonesia pada tanggal 7-8 november 1945 di yogyakarta. Semangat yang menjiwai kongres itu bukan saja semangat persatuan, tetapi juga semangat kesatuan kongres dilaksanakan pada saat seluruh bangsa tengah menghadapi tentara sekutu dan tentara belanda yang membonceng sekutu berniat kembali menjajah bangsa indonesia dengan tegas dan penuh keyakinan menggunakan seruan jihad fisabilillah untuk mempertahankan kemerdekaan. Saat itu sangat populer pepatah “isy kariman aw mut stahidan” dan para ulama mengeluarkan fatwa-fatwa fardu ain untuk mempertahankan kemerdekaan. Implikasinya ,kongres tersebut menghasilkan barisan sabilillah dan hizbullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar