KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan
kehendak-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang
berjudul “Pembanguan Sebagai Faktor Ekologi”.
Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Ekologi Administrasi, dan kami
mencoba untuk memaparkan apa yang telah kami tulis kedalam sebuah makalah ini.
Kami
berharap setelah selesainya tugas makalah ini, bisa bermanfaat bagi semuanya,
dan berguna bagi proses pembelajaran dan kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun karena makalah yang kami susun ini masih sangat jauh
dari kata kesempurnaan.
Dalam suatu perkataan "tiada gading yang tak
retak" artinya dalam suatu karya tak akan luput dari kesalahan dan
kekurangan sehingga kami memohon maaf jika makalah yang kami buat masih jauh
dari kesempurnaan, serta kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ekologi Administrasi yang telah memberikan
tugas makalah ini kepada kami semoga hasil karya kami bisa bermanfaat untuk
semua.
Bandung, 18 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar
Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan
Penulisan....................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Definisi
Pembangunan.............................................................................. 3
2.2 Perbedaan
Pembangunan dan Pertumbuhan............................................. 3
2.3 Ekologi
Pembangunan .............................................................................. 4
2.4 Manfaat
dan risiko lingkungan dalam pembangunan ............................... 9
2.5 Pembangunan
Berkelanjutan ................................................................... 11
2.6 Teori
Pembangunan ................................................................................. 16
BAB III PENUTUP................................................................................................. 23
3.1
Kesimpulan .............................................................................................. 23
3.2
Saran ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 25
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh lingkungan hidup. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup
membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Ilmu yang mempelajari
interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup disebut ekologi pembangunan.
Manusia, baik sebagai subyek maupun obyek pembanguna, merupakan bagian
ekosistem. Pandangan holistis inilah yang dipakai dalam ekologi pembangunan.
Pembangunan bertujuan bertujuan untuk
menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Dapat pula dikatakan
pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyat. Karena mutu hidup
dapat diartikan sebagai derajat dipenuhinya kebutuhan dasar, pembangunan dapat
diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dengan lebih
baik. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang esensial untuk kehidupan kita.
Ia terdiri atas tiga bagian, yaitu kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup
hayati, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat
kebebasan untuk memilih. Banyak penelitian menunjukan, banyak jenis kebutuhan
dasar untuk banyak anggota masyarakat kita masih belum terpenuhi dengan baik.
Misalnya pangan, air bersih, pendidikan, pekerjaan, dan rumah masih belum dapat
tersedia dengan cukup, walaupun sudah banyak perbaikan sejak pembangunan
dilancarkan lebih dari 30 tahun yang lalu. Dengan masih belum terpenuhinya
kebutuhan dasar itu, mutu lingkungan hidup banyak rakyat masih belum baik.
Karena itu pembangunan masih harus diteruskan.
Dalam
usaha memperbaiki mutu hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak. Sebab
kalau kerusakan terjadi, bukannya perbaikan mutu hidup yang akan dicapai,
melainkan justru kemerosotan. Bahkan bila kerusakan terlalu parah, dapatlah
terjadi kepunahan kehidupan kita sendiri, atau paling sedikit ekosistem tempat
kita hidup dapat mengalami keambrukan yang akan mengakibatkan banyak kesulitan.
Pembangunan demikian bersifat tidak berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa Pengertian Pembangunan?
2.
Apa Perbedaan Pembangunan dan
pertumbuhan?
3.
Bagaimana Ekologi Pembangunan?
4.
Apa Manfaat dan risiko lingkungan dalam
pembangunan?
5.
Bagaimana Pembangunan Berkelanjutan?
6.
Apa saja Teori Pembangunan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut dapat disimpulkan tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk
Mengetahui Pengertian Pembangunan?
2. Untuk
Mengetahui Perbedaan Pembangunan dan pertumbuhan?
3. Untuk
Mengetahui Ekologi Pembangunan?
4. Untuk
Mengetahui Manfaat dan risiko lingkungan dalam pembangunan?
5. Untuk
Mengetahui Pembangunan Berkelanjutan?
6. Untuk
Mengetahui Teori Pembangunan?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pembangunan
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang
pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan
yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita
(1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”.
Dari beberapa definisi diatas,
dapat disimpulkan bahwa berbicara mengenai pembangunan artinya kita berbicara
mengenai perubahan, kemajuan masyarakat, kemajuan teknologi, perluasan wawasan
dan pola pikir masyarakat, perilaku dan gaya hidup masyarakat. Dan semua itu
tidak lepas dari yang namanya proses perluasan, proses peningkatan, baik itu
untuk kepentingan masyarakat maupun diri sendiri (hal ini seperti yang
dikatakan oleh Rogers).[1]
2.2
Perbedaan Pertumbuhan dengan Pembangunan
Pertumbuhan adalah proses
pertambahan ukuran, volume dan massa yang bersifat irreversible(tidak dapat
balik) karena adanya pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat adanya
proses pembelahan sel. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif karena
pertumbuhan dapat diketahui dengan cara melihat perubahan yang terjadi pada
makhluk hidup yang bersangkutan. Contohnya adalah pertumbuhan pada tumbuhan
dapat di lihat dengan adanya perubahan tinggi babatang, menghitung jumlah daun,
jumlah bunga, dll. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti
politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Pembangunan artinya kita berbicara mengenai perubahan, kemajuan masyarakat,
kemajuan teknologi, perluasan wawasan dan pola pikir masyarakat, perilaku dan
gaya hidup masyarakat.
2.3 Ekologi Pembangunan
Salah satu
cabang ekologi yang mempelajari tentang lingkungan hidup sebagai
objek kajian dalam hubungannya dengan pembangunan adalah ekologi pembangunan.
Studi ini sangat pesat pembangunannya berhubungan dengan banyaknya kasus
kerusakan lingkungan sebagai akibat dari proses pembangunan. Pembangunan adalah
upaya-upaya yang di arahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik.
Upaya-upaya untuk memperoleh kesehjateraan atau taraf hidup yang lebih baik merupakan hak semua
orang dimanapu berada. Khusunya di negara-negara berkembang, pembangunan
merupakan pilihan penting dilakukan guna mencapai kesehjateraan penduduknya.
Upaya di bidang pertanian dilakukan secara ekstensifikasi
dan intensifikasi. Lahan di perluas dan pupuk di tingkatkan jumlah maupun
mutunya melalu sistem teknologi. Saran-saran insfrastruktur ditingkatkan
seperti jalan, pembangunan irigasi, waduk dan transportasi. Sektor industri
dibuka, bukan saja sebagai sarana pendukung bagi pembangunan pertanian, tetapi
juga untuk mendapatkan produk manufaktur yang dibutuhkan. Industri selain
meningkatkan pendapatan, juga berperan untuk menyerap tenaga kerja. Dengan demikian pembangunan merupakan sarana bagi
pencapaian taraf kesejahtraan manusia. Namun demikian, setiap pembangunan tidak
terlepas dari adanya dampak yang merugikan, terutama kepada lingkungan.
Lingkungan menjadi semakin rusak berupa pencemaran, dan kerusakan sumber-sumber
hayati seperti penipisan cadangan hutan (deforestization), punahnya
bermacam-macam biota , baik spesies binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Disamping
itu terjadi pula berbagai penyakit sebagai akibat dari pencemaran industri.[2]
Di jepang timbul berbagai penyakit-penyakit aneh pada
waktu mulai berkembangnya industri di negri itu. Penyakit itu di kenal dengan
mini mata diase berupa terganggunya fungsi otak. Ada pula penyait itai-itai
yang merusak sum-sum tulang, ginjal, dan menimbulkan kematian. Di identifikasi,
penyakit tersebut berasal dari buangan pabrik ke sungan dan teluk, dimana
korban pada umumnya adalah para nelayan. Contoh jepang yang di sebutkan,
mewakili begitu banyak kasus pencemaran yang terjadi dengan berbagai fariannya,
merupakan studi menarik bagi ekologi pembangunan. Khsususnya yang di alami oleh
negara-negara sedang berkembang, kasusnya pencemaran dan keruskan alam,
tampaknya seakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan yang
di jalankan lingkungan dan sumber-sumber alami menjadi obyek utama dalam semua
program pembangunan. Hutan, barang-barang tambang, atau pola ekspolitasi atas
semua aset-aset lingkungan seperti pasir, binatang-binatang liar,
tumbuh-tumbuhan bahkan barang-barang antik, dan alat-alat budaya tradisional
dijadikan sebagai obyek untuk mencukupi kebutuhan negara dan rakyatnya.
Industri dan perdagangan diarahkan sebagai alat akselerasi pembangunan, tetapi
sebagian pula menjadi alat pelipatan gandaan kerusakan alam dan lingkungan.
Karena pembangunan yang digiatkan semuanya berbaris lingkungan dan
sumber-sumber alam.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, tidak ada
pilihan kecuali meneruskan pembangunan dengan tingkat risiko maha hebat bagi
lingkungan dan kekayaan alamnya. Namun pembangunan, risiko yang terjadi akan
lebih besar pula di banding dengan keadaan membangun. Maka bagi negara-negara
berkembang, pembangunan menjadi suatu yang bersifat simalakama. Membangun
mempunyai risiko besar, tanpa membangun tetap pula mempunya risiko besar. Atas
dasar itulah adanya teori zero growt, yakni kebijakan yang di terapkan seluruh dunia untuk
menekan pertumbuhan ekonomi dan kependudukan, sangat tidak populer bagi
negara-negara berkembang.
Dari sudut pandang ekologi pembangunan, teori diatas dipandang
tidak tepat. Karena konsep disiplin ini tidak pernah menawarkan suatu kebijakan
tanpa pertumbuhan. Pembangunan dan pertumbuhan adalah pilihan yang tidak perlu
ditiadakan, tetapi harus dicari sebagai solusi yang signifikasi : bagaimana
menekan berbagai dampak yang terjadi akibat dari pembangunan dan bagaimana
supaya lingkungan dan sumber-sumber alam tidak menjadi rusak dan habis dalam
program mencapai tingkat pertumbuhan.
Berdasarkan deskripsi diatas, timbul pertanyaan apa saja
yang menjadi obyek kajian dari ekologi pembangunan. Namun sebelum menjawab
pertanyaan tersebut, perlu kiranya dipahami dulu apa yang dimaksud dengan
ekologi pembangunan. Ekologi pembangunan terdiri dari paduan kata ekologi dan
pembangunan. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari anatara organisme
dan lingkungan. Pembangunan (development) adalah the application of human,
financial, and physical resources to satisfy human needs and improve the
quality of life. Pembangunan merupakan tuntunan tentang sumber daya manusia, keuangan
dan sumber-sumber alam untuk memuaskan kebutuhan manusia dan meningkatkan
kualitas hidup. Ada pakar yang menyoroti dampak dari kebijakan pembangunan
terhadap sistem ekologi. Ada sebagian mengatakan bagaimana hubungan antara pola
pembangunan dengan faktor-faktor konservasi alam dan lingkungan. Otto
Soemarwoto dalam hubungannya dengan studi amdal (analisis mengenai dampak
lingkungan) mengatakan bahwa ilmu ekologi pembangunan adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara pembangunan dan
lingkungan.
Apabila disimak bagaimana manusia mengupayakan tingkat kesejahteraanya dalam hubungan dengan lingkungan dapatlah dikatakan bahwa ekologi
pembangunan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia
dengan segala prilakunya guna mengupayakan tingkat kesehjateraan yang maksimal dengan lingkungan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari eksistensinya. Berdasarkan pengertian diatas dapat diuraikan bahwa
ekologi pembangunan mengkaji beberapa aspek sebagai berikut :
- Manusia sebagai bagian dari ekosistem lingkungan
- Manusia dan kebudayaannya serta perilaku-perilakunya dalam mencapai pertumbuhan dan kesejahteraan berupa :
a)
Pandangan
hidup
b)
Kebijakan-kebijakan
penguasa (pengambilan keputusan) mencapai kesehjateraan.
c)
Iptek
dengan prosesnya, hasilnya dan dampaknya pada kehidupan.
- Interaksi manusia dengan lingkungannya berupa :
a)
Sistem
pemenuhan kebutuhan dari sumber-sumber alam
b)
Prilakunya
mengelola lingkungan
c)
Kebijakan
menekan resiko lingkungan
- Kebijakan kebijakan mencapai keharmonisan (harmonization) antara pembangunan dengan lingkungan
- Kebijakan mencapai keberlangsungan (sustainability) antara lingkungan dengan pembangunan.
Melihat banyaknya permasalahan lingkungan dewasa ini,
muncul pandangan yang menyatakan bahwa ekologi pembangunan seharusnya
mengarahkan kritiknya kepada makna dan terminologi pembangunan yang bisa kepada tingkat pertumbuhan. Paradigma yang dianut selama
ini ialah pembangunan selalu dikaitkan dengan petumbuhan (ekonomi), sebagaimana
menjadi idaman para delevelomentalism. Paradigma ini masih tetap menjadi acuan,
bukan saja ketika berlangsunya konferensi lingkungan di stockholm 1972, tetapi
juga sebagian bagian dari sikap kompromi para developmentaslim dengan
enviromentalism pada konferensi tingkat tinggi bumi di Rio de Janiearo. Jika
paham pembangunan masih menganut paradigma pertumbuhan dan masih merupakan
unggulan utama, maka tidak banyak yang bisa dicapai dalam pengelolaan
lingkungan. Artinya pengurasan atau ekspolitasi sumber sumber alam masih tetap
terjadi, atau kerusakan alam dan pencemaran masih saja menjadi bagian pokok
dari nasib lingkungan.
Prinsip-prinsip
yang dicapai selama ini ialah penekanan arti dan peranan yang memberikan tempat
lebih prioritas kepada pembangunan. Pembangunan selalu dimaknai dengan pertumbuhan
fisik, yang berti pula apapun yang diupayakan dalam pembangunan lebih
divaluasikan kepada nilai ekonomi,
pertumbuhan atau angka-angka. Dimanapun dan dari dasar apapun
pembangunan berangkat, maka prioritasnya
selalu pembangunan. Ketika pembangunan disadari justru berangkat dari faktor
sumber daya alam dan lingkungan, maka tidak tampak upaya supaya faktor
lingkungan juga menjadi elemen penting dari makna pembangunan. Artinya faktor
alam dan lingkungan hanya berperan sebagai faktor pendukung pembangunan.
Melihat dampak-dampak negatif demikian dicari alternatif supaya
pembangunan tidak selamannya menjadi anti lingkungan.
Pandangan demikian melahirkan terminologi yang selalu menempatkan ecodepelopment, yakni bila di indonesia
kan menjadi pembangunan berasan lingkungan.
Istilah ini dilahirkan secara resmi dari UUPLH 1982,
undang-undang nasional yang pertama tentang pengaturan lingkungan
secara komprehensif, yang banyak mengakomodasikan prinsip-prinsip deklarasi
stockholm pada konferensi lingkungan hidup 1972.
Kritik-kritik atas dominasi pembangunan terhadap
lingkungan tetap berkembang hingga kemudian melahirkan pergantian baru agar
tidak terdapat pandangan (kesan) bahwa lingkungan selalu menjadi korban dalam
pembangunan.
Para environmentalist tampaknya belum puas
karena jika membicarakan pembangunan, selalu tidak bisa dilepaskan dari suatu titik pandang
khususnya bagi negara berkembang, di mana lingkungan (aspek-aspek kekayaan sumberdaya alam)
berperan sebagai obyek yang harus dikorbankan.Konsepnya ialah bagaimana
mengubah sumberdaya-sumberdaya alam supaya bernilai ekonimis riel bagi
kesejahteraan bangsa.
Ekologi
pembangunan kiranya memfokuskan kajian supaya paradigma pembangunan dicakupkan
sebagai aspek lingkungan. Apabila paradigma pembangunan diintegralkan kepada aspek
lingkungan maka tidak tampak prinsip keutamaan (priority) pembangunan.
Artinya pembangunan tidak dipandang sebagai
segala-galanya dan berhadapan dengan lingkungan tidak terdapat alasan untuk
mengorbankan atau menelentarkan lingkungan demi pembangunan.
Guna mengubah
orientasi dari penekanan (priority) pembangunan (pertumbuhan ekonomi),
maka dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) terdapat penekanan yang sama terhadap aspek pembangunan ekonomi
dan aspek lingkungan. Lebih dari itu, karena tujuan pembangunan
berkelanjutan adalah kesejahteraan masyarakat,
diintegralkanlah aspek sosial budaya,
sehingga pembangunan
berkelanjutan mengandung tigas spek: ekonomi,
lingkungan , dan sosial budaya.
Konsep
pemikiran dalam hubungan hubungan dalam hubungan antara pembangunan dengan
lingkungan, muncul pula secara lebih jauh dengan konsep berkelanjutan ekologi.
Pecentus konsep berkelanjutan ekologi,
ini adalah A.sonny keraf,
seorang ahli etika yang kemudian menjadi Menteri Negara
lingkungan Hidup (1999-2001). Dikatakannya bahwa berkelanjutan ekologi mengandung
ekologi mengandung perhatian penting
kepada aspek-aspek lingkungan tetapi dengan tatap menjamin kualitas
kehidupan ekonomi dan sosial budaya. konsep ini berbeda dengan konsep pembangunan
berkelanjutan, yakni paradigma yang dianut adalah perhatian pada pembangunan ekonomi sambil menekankan
kepentingan proporsional atas aspek lingkungan dan aspek sosial budaya. [3]
2.4 Manfaat dan risiko lingkungan dalam
pembangunan
Pembangunan tidak saja menghasilkan
manfaat, melainkan juga membawa risiko. Kita dapat melihatnya disekitar kita.
Sungai kita bending, dengan bendungan itu kita dapatkan manfaat listrik,
bertambahnya air pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah tergenangnya
kampong dan sawah, tergusurkan penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan dan
hewan. Kayu dalam hutan kita tebang. Devisa dalam jumlah besar kita dapatkan
dari ekspor kayu. Sebaliknya kita menghadapi risiko kepunahan hewan dan
tumbuhan, bertambahnya erosi, rusaknya tata air dan terjadinya padang
alang-alang. Batubara kita manfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik.
Dengan itu kita mendapatkan risiko pencemaran udara oleh debu, jelaga dan gas
SO2.
Transfor
kita tambah, hubungan dari satu tempat ketempat lain menjadi mudah. Tetapi
risikonya ialah pencemaran udara dan kebisingan, serta kecelakaan lalu lintas.[4]
Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan
selalu bersifat dilemma. Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan.
Pada umumnya para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan
mengentengkan risikonya, karena mereka terdesak oleh urgensi sasaran dan
tekanan factor politik. Sebaliknya media media massa dan para cendikiawan
sering dapat melihat risiko yang tidak terlihat oleh orang awam dan pelaksana pembangunan. Mereka bersifat
lebih berhati-hati, karena tidak merasakan adanya urgensi sasaran dan desakan
factor politik. Betapapun, baik manfaat maupun risiko harus kita perhitungkan
secara berimbang. Risiko kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil.
Hanya memperhatikan manfaatnya saja dapat membahayakan lingkungan. Sebaliknya hanya
memperhatikan risikonya atau membesar-besarkan risikonya akan membuat kita
menjadi takut untuk berbuat. Baik memperhatikan manfaat saja atau sebaliknya
memperhatikan risiko saja akan menimbulkan pertentangan. Tetapi dengan tidak
berbuat sesuatu pun aka nada orang yang setuju dan tidak setuju. Dan apabila
kita berbuat sesuatu , jadi menghentikan pembangunan, kita akan terlanda oleh
risiko lingkungan, sehingga mutu hidup kita akan terus merosot. Karena itu,
keputusan untuk membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimana membangun
agar sekaligus mutu lingkungan dan dengan demikian muto hidup dapat terus
ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan lingkungan. Analisis manfaat dan
risiko lingkungan merupakan alat untuk pembangunan yang berwawasan lingkungan.
2.5
Pembangunan
Berkelanjutan
Faktor lingkungan yang diperlukan untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan ialah :
a.
Terpeliharanya proses ekologi yang esensial
b.
Tersedianya sumberdaya yang cukup
c.
Lingkungan sosial budaya dan ekonomi
yang sesuai
Ketiga factor itu tidak saja mengalami
dampak dari pembangunan, melainkan juga mempunyai dampak terhadap pembangunan.
Karena itu untuk terlanjutkannya pembangunan tidak cukup untuk melakukan
analisis. Dampak lingkungan yang hanya berlaku untuk perencanaan proyek
pembangunan. Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus didsarkan pada
konsepsi yang lebih luas. Konsepsi itu harus mencakup dampak lingkungan terhadap
proyek, pengelolaan lingkungan proyek
yang sudah operasional dan perencanaan
dini pengelolaan lingkungan untuk daerah yang mempunyai potensi besar untuk
pembangunan, tetapi belum mempunyai rencana pembangunan.[5]
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan
oleh Komisi Sedunia untuk Lingkungan dan Pembangunan sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Laporan komisi itu diumumkan pada tahun
1987 dan berjudul Hari Depan Kita Bersama (our Common Future). Komisi diketuai
oleh Gro Brundtland, perdana menteri Norwegia. Definisi itu mempunyai wawasan
jangka panjang antar generasi. Syarat untuk dapat tercapainya pembangunan
berkelanjutan tidak hanya fisik saja, yaitu tidak terjadinya kerusakan pada
ekosistem tempat kita hidup, melainkan juga harus adanya pemerataan hasil dan
biaya pembangunan yang adil antar Negara dan antar kelompok di dalam sebuah
Negara. Ini berarti bahwa kesenjangan sosial ekonomi sekarang ada antara Negara
maju dan Negara sedang berkembang serta kesenjangan antara kelompok masyarakat
kaya dan masyarakat miskin dimasing-masing Negara harus dikurangi. Pemerataan
itu tidak hanya terjadi didalam satu generasi melainkan juga antar generasi. Dalam
Konperensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan (UNCED) di Rio de Janeiro,
Brasil, dalam tahun 1992 pembangunan berkelanjutan menjadi tema pokok.
Konperensi tersebut menghasilkan program kerja PBB untuk pembangunan
berkelanjutan yang diberi nama agenda 21.
a.
Proses Ekologi
Didalam
alam terdapat proses ekologi yang menjadi penopang kehidupan kita. Rusaknya
proses ekologi itu akan membahayakan kehidupan dibumi kita. Energi untuk proses
ekologi didapatkan dari matahari. Dibawah ada beberapa proses ekologi :
a) Efek
rumah kaca
b) Fostosintesis
c) Penambatan
nitrogen
d) Pengendalian
populasi
e) PenyerbukanKemampuan
memperbaharui diri
f) Fungsi
Hidro-ologi[6]
b.
Tersedianya sumber daya yang cukup
Pembangunan adalah usaha untuk dapat
menaikan manfaat yang kita dapatkan dari sumberdaya. Kenaikan manfaat itu dapat
kita capai dengan menggunakan lebih banyak sumberdaya. Kenaikan manfaat dapat
juga dicapai dengan menaikan efesiensi pengguna sumberdaya, tanpa menaikan
jumlah sumberdaya yang kita pakai. Dengan usaha kita mendapatkan hasil yang
lebih besar dengan sejumlah sumberdaya yang sama. Ke dalam usaha menaikan
efesiensi penggunaan sumberdaya termasuk pula daur ulang. Usaha menaikan
efesiensi terutama penting dengan makin langkahnya persediaan sumberdaya
relatif terhadap kebutuhan. Kenaikan kebutuhan itu disebabkan baik oleh
kenaikan jumlah penduduk, maupun karena kenaikan permintaan per-orang. Usaha
menaikan efesiensi pengguna sumberdaya tidak saja penting untuk sumberdaya yang
tak terperbarui, melainkan juga untuk yang terpebarui. Usaha itu penting dari
dua segi.
Pertama,
untuk sumberdaya yang terpebarui kenaikan intensitas eksploatasi mempertinggi
resiko kerusakan sumberdaya. Kerusakan itu dapat membuat sumberdaya itu menjadi
tak terpebarui, kecuali dengan biaya yang tinggi seperti yang telah diuraikan
di muka. Kedua, penggunaan sumberdaya
dalam jumlah yang makin besar pada umumnya akan memperbesar masalah pencemaran.
Pencemaran itu secara umum akan mengurangi kemampuan lingkungan untuk mendukung
pemangunan berkelanjutan. Cara yang ketiga
untuk dapat menjamin persediaan sumberdaya selama mungkin ialah mencari
sumberdaya alternatif. Misalnya untuk suatu keperluan kita menggunakan
sumberdaya yang telah langka. Mencari sumberdaya alternatif hanyalah mungkin
apa bila ada keanekan sumberdaya, merupakan usaha yang esensial dalam
pembangunan.Berkurangnya keanekaan sumberdaya, berarti berkurangnya pilihan.
Dan ini berarti menurunnya mutu lingkungan hidup. Arti penting usaha itu tidak
saja untuk hari kini, melainkan juga untuk hari ke depan. Harus dijaga agar
pembangunan tidak menutup secara dini pilihan kita di hari depan. Sebab
“kebutuhan kita tidak saja terus bertambah, melainkan juga berubah-ubah dari
waktu ke waktu.
Sumberdaya
yang paling utana ialah manusia. Pada akhirnya manusialah yang menentukan
berhasil atau gagalnya pembangunan. Kuantitas sumberdaya manusia kita besar,
tetapi mutunya masih rendah. Seyogyanya pembangunan mempunyai tujuan utama
menaikan mutu sumberdaya manusia. Dengan mutu sumberdaya alam dapat diatasi.
Misalnya, jepang, singapura dan nederland tidak banyak mempunyai sumberdaya
alam. Tetapi mutu sumberdaya manusianya tinggi.[7]
c.
Lingkungan sosial budaya dan ekonomi
yang sesuai
Lingkungan
sosial budaya dan ekonomi sangatlah penting bagi kesinambungan pembangunan
berkelanjutan. Sebab pembangunan dilakukan oleh dan untuk manusia yang hidup di
dalam kondisi sosial-budaya dan ekonomi tertentu. Dalam pembangunan faktor
ekonomi faktor mendapat perhatian yang seperlunya, karena semua orang sadar
bahwa pembangunan tak akan dapat berkelanjutan, apabila ekonomi tidak
mendukungnya. Beberapa hal yang dianggap penting diuraikan di bawah :
a.
Pemerataan Pembangunan
Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN) telah mensyaratkan, bahwa pemerataan adalah unsur
penting dalam pembangunan. Walaupun usaha telah dilakukan untuk mencapai tujuan
ini, namun hasilnya belumlah menggembirakan. Di dalam ekologi terdapat hukum
yang menyatakan, apabila dua ekosistem yang berbeda tingkat perkembangannya
berhubungan satu sama lain, terjadilah tukar-menukar materi, energi dan
informasi antara keduanya. Tetapi arus tukar-menukar materi, energi dan
informasi antara keduanya. Tetapi arus tukar-menukar materi, energi dan
informasi itu asimetris, yaitu arus dari ekosistem yang lebih berkembang ke
yang kurang berkembang lebih kecil dari yang sebaliknya. Jadi, yang lebih
berkembang mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari hubungan itu dibanding
dengan ekosistem yang kurang berkembang. Dalam ekologi dikatakan ekosistem yang
kurang berkembang dieksploitasi oleh yang lebih berkembang. Tingkat
perkembangan ekosistem itu dapat diukur dari tingkat organisasi dan keanekaan, dan dalam ekosistem manusia
juga dari tingkat pendidikan dan keterampilan.
b.
Persaingan
Persaingan
terjadi apabila sumberdaya yang digunakan oleh sekelompok individu menjadi
langka relatif terhadap kebutuhan masing-masing individu. Di dalam dunia hewan
persaingan antara individu suatu jenis akan menyebabkan terdesaknya individu yang
lemah ke daerah yang marjinal. Cara hidup individu itu sendiri tidak berubah.
Secara ekologis hal ini disebut melebarnya relung jenis tersebut. Bila
persaingan itu terjadi antara jenis, masing-masing jenis itu akan berusaha
untuk hidup dengan lebih efisien. Maka terjadilah spesialisasi. Dengan
spesialisasi itu cara hidup telah berubah. Relung jenis berubah menjadi sempit.
Didalam
masyarakat manusia persaingan juga sering terjadi. Didalam masyarakat agraris,
lahan merupakan sumber daya yang sering diperebutkan. Persaingan makin
intenstif dengan makin menurunnya nilai nisbah lahan terhadap petani.
Persaingan antara petani dapat dianalogikan dengan persaingan antara individu
dalam satu jenis. Dalam hal ini jenis itu adalah jenis petani. Individu petani
yang terdesak pindah kedaerah yang marjinal. Mereka tetap menjadi petani dan
membuka lahan di daerah yang tidak subur dengan lereng curam.
Apabila
terjadi pembangunan yang membutuhkan lahan yang luas, misalnya waduk, wilayah
industry, dan pemukiman, luas lahan pertanian berkurang. Jika petani yang
tergusur oleh proyek itu tidak dapat mendapatkan pekerjaan proyek itu, nilai
nisbah lahan terhadap petani akan menurun. Dengan demikian tekanan penduduk
meningkat dan daerah yang marjinal di desa dan di kota akan diduduki oleh
petani itu. Akibatnya ialah kerusakan lingkungan, jadi pembangunan yang
menggunakan lahan luas dan tidak memperhatikan penduduk local, akan
mengakibatkan kerusakan lingkungan karena naiknya tekanan penduduk.
c.
Masyarakat terasing
Yang
dimaksud dengan masyarakat terasing ialah masyarakat yang hidup terpisah dari
masyarakat umum dan mempunyai gaya hidup dan nilai kebudayaan yang berbeda dari
masyarakat umum. Di Indonesia terdapat dua jenis masyarakat terasing yang
menduduki dua ujung ekstrem dalam kemasyarakatan kita. Yang pertama ialah
masyarakat terasing yang primitif yang hidup di daerah yang terpencil, misalnya
di pedaleman Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya. Yang kedua ialah masyarakat
terasing yang modern yang hidup di lokasi proyek pembangunan yang besar yang
menggunakan teknologi yang modern. [8]
2.6
Teori Pembangunan
a.
Teori
Modernisasi
Perspektif teori Modernisasi Klasik menyoroti bahwa
negara Dunia Ketiga merupakan negara terbelakang dengan masyarakat
tradisionalnya. Sementara negara-negara Barat dilihat sebagai negara
modern. aliran modernisasi memiliki ciri-ciri dasar antara lain: ”Sumber
perubahan adalah dari dalam atau dari budaya masyarakat itu sendiri (internal
resources) bukan ditentukan unsur luar”. Modernisasi diartikan sebagai
proses transformasi. Dalam rangka mencapai status modern, struktur dan
nilai-nilai tradisional secara total diganti dengan seperangkat struktur dan
nilai-nilai modern. Modernisasi merupakan proses sistematik. Modernisasi
melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah laku sosial, termasuk di
dalamnya industrialisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi dsb.
Ciri-ciri pokok teori modernisasi:
1.
Modernisasi
merupakan proses bertahap.
2.
Modernisasi
juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi.
3.
Modernisasi
terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai proses Eropanisasi dan
Amerikanisasi, atau modernisasi sama dengan Barat.
4.
Modernisasi
juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
6.
Modernisasi
memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner, dan
bukan perubahan revolusioner.
Tokoh-tokoh teori modernisasi:
a.
Harrod-Domar
Bependapat bahwa masalah pembangunan pada dasarnya
merupakan masalah menambahkan investasi modal. Prinsip dasar : kekurangan
modal, tabungan dan investasi menjadi masalah utama pembangunan.
b.
Walt .W. Rostow
Teori Pertumbuhan Tahapan Linear ( linear-stages-of
growth- models) proses pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurusyakni masyarakat
yang terbelakang ke masyarakat yang maju dengan tahap2 sebagai berikut:
1.
Masyarakat
Tradisional dan masyarakat pertanian. Ilmu
pengetahuan masih belum banyak dikuasai.
2.
Prakondisi
untuk Lepas Landas dan masyarakat
tradisional terus bergerak walaupun sangat lambat dan pada suatu titik akan
mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas.. contoh adanya campur
tangan untuk meningkatkan tabungan masyarakat
terjadi, dimana tabungan tersebut dimanfaatkan untuk sektor2
produktif yang menguntungkan. Misal Pendidikan
3.
Lepas Landas
ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses
pertumbuhan ekonomi. Tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5%-10
%.
4.
Bergerak ke
Kedewasaan teknologi diadopsi secara meluas.
5.
Jaman konsumsi masal yang tinggi pada tahap ini pembangunan sudah berkesinambungan.
c.
David
McClelland
Teori: need for Achievement (n-Ach). kebutuhan atau dorongan berprestasi,
dimana mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan
n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika
seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.
d.
Max Weber
Hasil analisis: salah satu penyebab utamanya adalah “Etika Protestan”.
Etika Protestan:
a) Lahir melalui agama Protestan yg dikembangkan oleg Calvin
b) Keberhasilan kerja di dunia akan menentukan seseorang masuk surga/neraka.
c)
Berdasarkan
kepercayaan tsb kemudian mereka bekerja keras u/ menghilangkan kecemasan. Sikap
inilah yg diberi nama “etika protestan”.
e.
Bert F.
Hoselitz
Membahas faktor-faktor non ekonomi yg ditinggalkan Rostow yang disebut
faktor “kondisi lingkungan”. Kondisi lingkungan maksudnya adalah
perubahan-perubahan pengaturan kelembagaan yg terjadi dalam bidang hukum,
pendidikan, keluarga, dan motivasi.
f.
Alex Inkeles
& David H. Smith
Ciri-ciri manusia modern:
a)
Keterbukaan thd
pengalaman dan ide baru
b)
Berorientasi ke
masa sekarang dan masa depan
c)
Punya
kesanggupan merencanakan
d)
Percaya bahwa
manusia bisa menguasai alam
Bila dalam teori Modernisasi Klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang
pembangunan, dalam teori Modernisasi Baru, tradisi dipandang sebagai faktor
positif pembangunan. Teori Modernisasi, klasik maupun baru, melihat
permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat
dan negara maju lainnya.
b.
Teori Dependensi
Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara Dunia Ketiga. Munculnya teori dependensi lebih
merupakan kritik terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang
didominasi oleh teori modernisasi. Teori ini mencermati hubungan dan
keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat sebagai hubungan
yang tak berimbang dan karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan merugikan
Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu dan akan menindas negara Dunia
Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari negara
pinggiran ke negara sentral.
Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan Karl
Marx. Salah satu kelompok teori yang tergolong teori struktiral ini adalah
teori ketergantungan yang lahir dari 2 induk, yakni seorang ahli pemikiran
liberal Raul Prebiesch dan seorang pemikir marxis yang merevisi pandangan
marxis tentang cara produksi Asia yaitu, Paul Baran.
1.
Raul Prebisch :
industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus
melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
2.
Paul Baran:
sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di
negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di
negara pinggiran, system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang
membuat orang tetap kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan
dari tokoh-tokoh di atas, yakni:
1.
Andre Guner
Frank : pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya dapat
diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2.
Theotonia De
Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni:
a.
Ketergantungan
Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat eksploitatif.
b.
Ketergantungan
Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam
bentuk kekuasaan financial-industri.
c.
Ketergantungan
Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui
monopoli teknologi industri.
c.
Teori Sistem
Dunia
Teori sistem
dunia yang dikemukakan oleh Immanuel
Wallerstein. Hal ini dikarenakan bahwa dalam suatu sistem sosial perlu
dilihat bagian-bagian secara menyeluruh dan keberadaan negara-negara dalam
dunia internasional tidak boleh dikaji secara tersendiri karena ia bukan satu
sistem yang tertutup. Teori ini berkeyakinan bahwa tak
ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Wallerstein
menyatakan sistem dunia modern adalah sistem ekonomi kapitalis.
Menurut
Wallerstein, sistem dunia kapitalis dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu
1.
negara core atau pusat, mengambil keuntungan
yang paling banyak, karena kelompok ini dapat memanipulasikan sistem dunia
sampai batas-batas tertentu
2.
semi-periferi atau setengah pinggiran è mengambil
keuntungan dari negara-negara pinggiran yang merupakan pihak yang paling
dieksploitir
3.
negara periferi atau pinggiran.
Menurut
Wallerstein negara-negara dapat “naik atau turun kelas,” misalanya dari negara
pusat menjadi negara setengah pinggiran dan kemudian menjadi negara pinggiran,
dan sebaliknya. Naik dan turun kelasnya negara ini ditentukan oleh dinamika
sistem dunia. Pernah suatu saat Inggeris, Belanda, dan Perancis adalah negara
pusat yang berperan dominan dalam sistem dunia, namun kemudian Amerika Serikat
muncul menjadi negara terkuat (pusat) seiring hancurnya negara-negara Eropa
dalam Perang Dunia II.
Wallerstein merumuskan tiga strategi
bagi terjadinya proses kenaikan kelas, yaitu:
1.
Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang
datang. Sebagai misal negara pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang
industri oleh karena mahal sedangkan komiditi primer mereka murah sekali, maka
negara pinggiran mengambil tindakan yang berani untuk melakukan industrialisasi
substitusi impor. Dengan ini ada kemungkinan negara dapat naik kelas dari
negara pinggiran menjadi negara setengah pinggiran.
2.
Kenaikan kelas terjadi melalui undangan. Hal ini
terjadi karena perusahaan-perusahaan industri raksasa di negara-negara pusat
perlu melakukan ekspansi ke luar dan kemudian lahir apa yang disebut dengan
MNC. Akibat dari perkembangan ini, maka muncullah industri-industri di
negara-negara pinggiran yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC untuk
bekerjasama. Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat meningkat
menjadi setengah pinggiran.
3.
Kenaikan kelas terjadi karena negara menjalankan
kebijakan untuk memandirikan negaranya. Sebagai misal saat ini dilakukan oleh
Peru dan Chile yang dengan berani melepaskan dirinya dari eksploitasi
negara-negara yang lebih maju dengan cara menasionalisasikan
perusahaan-perusahaan asing. Namun demikian, semuanya ini tergantung pada
kondisi sistem dunia yang ada, apakah pada saat negara tersebut mencoba
memandirikan dirinya, peluang dari sistem dunia memang ada. Jika tidak, mungkin
dapat saja gagal.[9]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan
yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”.
b. Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume dan massa yang
bersifat irreversible(tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel dan
pertambahan jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel. pembangunan artinya
kita berbicara mengenai perubahan, kemajuan masyarakat, kemajuan teknologi,
perluasan wawasan dan pola pikir masyarakat, perilaku dan gaya hidup
masyarakat.
c. ekologi pembangunan mengkaji beberapa aspek sebagai
berikut :
a)
Manusia
sebagai bagian dari ekosistem lingkungan
b)
Manusia
dan kebudayaannya
serta perilaku-perilakunya dalam mencapai pertumbuhan dan kesejahteraan Interaksi manusia dengan lingkungannya Sistem pemenuhan kebutuhan dari
sumber-sumber alam
c)
Prilakunya
mengelola lingkungan
d) Kebijakan menekan resiko lingkungan
e)
Kebijakan
kebijakan mencapai keharmonisan (harmonization) antara pembangunan dengan
lingkungan
f)
Kebijakan
mencapai keberlangsungan (sustainability) antara lingkungan dengan pembangunan.
d. Pada
dasarnya pelaksanaan pembangunan selalu bersifat dilemma. Pandangan kita
terhadap dilema ini suka berlainan. Pada umumnya para pelaksana proyek
pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan risikonya, karena mereka
mereka terdesak oleh urgensi sasaran dan tekanan factor politik. Sebaliknya
media media massa dan para cendikiawan sering dapat melihat risiko yang tidak
terlihat oleh orang awam dan pelaksana
pembangunan.
e. Faktor
lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan ialah
:
a)
Terpeliharanya proses ekologi yang
esensial
b)
Tersedianya sumberdaya yang cukup
c)
Lingkungan sosial budaya dan ekonomi
yang sesuai
f.
Teori
Pembangunan diantranya Teori
Modernisasi, dependensi, teori dunia
3.2 Saran
Semoga
dengan selesai dibuatnya makalah ini,
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca. Dan
apabila ada kekurangan dari makalah ini, kami selaku penulis mengharapkan
adanya koreksi terhadap kekurangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
:
Soemarwoto,
Otto. Ekologi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta: Djambatan. 2004
T.
Siahaan, N.H. Hukum Lingkungan dan
Ekologi Pembangunan. Jakrta: Erlangga. 2004
Internet
:
Mbem25.blogspot.com/2012/06/teori-pembangunan.html
(Diakses
Pada tanggal 20 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB)
Nikmondmd.blogspot.com/2013/09/pembangunan-berbasis-ekologi.html
(Diakses Pada tanggal 20 Maret 2015 Pukul 20.00 WIB)
[1]
Nikmondmd.blogspot.com/2013/09/pembangunan-berbasis-ekologi.html
[2] N.H.T.
Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Jakarta, 2004,
Hlm. 19
[3]
Ibid., Hlm. 20-22
[4]
Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan dan Pembangunan, Djambatan Jakarta, 2004.
Hlm. 159
[5]
Ibid., Hlm. 161
[6]
Ibid., Hlm. 162
[7]
Ibid., Hlm. 172-173
[8]
Ibid., 174-185
[9]
Mbem25.blogspot.com/2012/06/teori-pembangunan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar